Kecerdasan Komunikasi : Menyesuaikan Diri, Menjaga Prinsip dan Meningkatkan Mutu SDM | META-Indonesia
Kecerdasan Komunikasi: Menyesuaikan Diri, Menjaga Prinsip, dan Meningkatkan Mutu SDM
Dalam ilmu komunikasi, kemampuan menyesuaikan diri dengan lawan bicara merupakan tanda kecerdasan emosional dan linguistik. Seorang komunikator yang baik bukan sekadar menyampaikan pesan, melainkan mampu menyesuaikan bentuk pesan sesuai dengan tingkat pemahaman pendengarnya. Contoh seorang kakek yang menurunkan nada, logat, dan bahasa demi dipahami cucunya adalah simbol bahwa komunikasi bukan hanya soal apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita menyampaikannya.
Psikologi menjelaskan bahwa setiap individu memiliki tahapan perkembangan kognitif yang berbeda. Balita, remaja, dewasa, maupun orang tua, memiliki kapasitas berbeda dalam menangkap makna pesan. Oleh karena itu, kecerdasan komunikator adalah kemampuannya memahami "peta dunia" lawan bicara. Empati menjadi dasar psikologis komunikasi efektif. Ketika seseorang mampu masuk ke dalam kerangka berpikir orang lain, komunikasi bukan hanya terjadi di permukaan, melainkan juga menyentuh hati.
Filosofi komunikasi mengajarkan kita bahwa bahasa adalah jembatan, bukan tembok. Bahasa bukan hanya alat transfer informasi, melainkan sarana membangun relasi dan keharmonisan. Dalam perspektif filsafat, bahasa mengandung nilai etika: bagaimana kita memilih kata yang tepat, menjaga adab berbicara, dan tidak merusak martabat orang lain. Dengan demikian, komunikasi bukan sekadar "bicara", melainkan "membentuk realitas bersama."
Namun, penting pula dipahami bahwa komunikasi tidak selalu berarti kita harus mengorbankan prinsip. Menyesuaikan gaya bahasa dengan lingkungan bukan berarti menghapus identitas diri. Psikologi sosial menegaskan bahwa individu sehat adalah yang fleksibel, namun tetap memiliki “inti” yang kokoh. Di sinilah keseimbangan antara adaptasi dan prinsip menjadi kunci kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
Dalam lingkup masyarakat yang beragam, sikap rendah hati dalam komunikasi menjadi modal sosial utama. Orang yang mampu berkomunikasi dengan bahasa lingkungan setempat akan lebih diterima, lebih dihormati, dan lebih didengar. Filosofi timur bahkan menekankan bahwa “air yang merendah, itulah yang menghidupi.” Maka, sikap komunikasi yang merendah, bukan meremehkan, adalah tanda kebijaksanaan.
Namun, rendah hati dalam komunikasi bukan berarti membiarkan diri terus direndahkan. Dari sisi psikologi, jika seseorang terus-menerus berada dalam lingkungan yang merendahkan martabatnya, hal itu bisa melahirkan luka batin, frustrasi, bahkan penyakit hati. Maka, pilihan bijak adalah menjaga jarak atau pergi dari lingkungan tersebut. Filosofi kehidupan mengajarkan: menjaga diri dari racun sama pentingnya dengan menyerap kebaikan.
Pada akhirnya, kualitas komunikasi bukan diukur dari banyaknya kata yang diucapkan, melainkan dari seberapa besar kata-kata itu memuliakan manusia. Komunikasi yang sejati adalah komunikasi yang menjaga akal, hati, dan martabat semua pihak. Di situlah mutu SDM yang tinggi tercermin—mampu beradaptasi, menjaga prinsip, sekaligus mengedepankan harmoni.
Mirror Enterprise Tangguh Abadi
META-Indonesia
(Mirror Enterprise Tangguh Abadi)
Emphaty-Harmony-Integrity
"Transforming Character Into Competence"
Workshop:
Jl. Kelapa Tiga No.43 Blok H. Salam, 001/03, Kelurahan dan Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia. 12620
Kontak:
Website: www.meta-indonesia.my.id
Email: ath@meta-indonesia.my.id
YouTube: META-Indonesia
Chat WhatsApp: +62 838-3272-0798
Komentar
Posting Komentar