Kisah Kura Nan Jumawa : Refleksi Untuk Bersikap Rendah Hati | META-Indonesia
KISAH KURA NAN JEMAWA
Sempatkanlah untuk membacanya, memikirkannya, menyaksikannya, dan mengikrarkannya…
Pada diri sendiri, setidaknya yang telah tercipta.
Merasa malu pada alam yang jauh lebih besar dari kita, sekedar manusia.
Melihat siang dengan hari bukan hanya mata. Bulan pun demikian—malu di kala siang ia menghilang.
Tiada hari tanpa mata…, hati.
Kala itu, di tepian laut lepas di langit cerah hingga nampak jelas pasir putih bersih dan luas, namun Pipit kecil merasa tetap teduh karena tubuh berlindung pada dedaunan pohon tembakau kala bertengger di sebuah ranting kecil.
Sang penjaga hari hampir penuh membelalakkan matanya—tepat tengah hari, pukul 12 siang.
Seekor binatang merayap keluar dari desir ombak bibir pantai, mengais pasir dengan empat kaki gempalnya, menggendong lempengan cembung keras di punggungnya. Langkahnya lemah, mulutnya terus mengunyah. Sesekali ia berkedip, sorot matanya tajam meski tak terarah, terkadang kepalanya bersembunyi di balik perisai yang digendongnya kala mendengar suara mengagetkan.
Nuri kecil yang saat itu masih bertengger di ranting pohon tembakau , mengepakkan sayapnya membersihkan debu dari bulu warna-warni lembut dan indahnya, sesekali ia mematuk-matuk tubuhnya di antara sela bulu-bulunya untuk menyingkirkan kutu yang berada di tubuhnya, pandangan matanya tetap awas ke kiri, kanan, atas, bawah, sambil bersiul kecil menyampaikan keberadaannya Dnegan bahagia.
Meski tampak kecil dan seolah tak terlihat oleh binatang lain, Nuri kecil mampu melihat ulat, rusa, kerbau, ular, serangga, dan juga si kura yang tak jauh posisinya. Dengan siulan khasnya, ia menyapa semua yang berada di dekatnya seolah berkata, semoga kalian semua sehat dan selalu bahagia.
Angin berhembus pelan, langit biru nampak luas seolah memantulkan warnanya kontras dengan laut lepas. Tubuh Nuri kecil terasa segar, bugar, dan bahagia, karena cinta menyelimuti hidupnya. Karena Ia selalu mengingat pesan guru-gurunya untuk membuang penyakit hati yaitu iri, benci, dengki, hasat, dan hasut, agar terhindar dari rasa sombong.
Mengapa baginya hidup harus penuh cinta tanpa dusta. Karena cinta adalah penghalau segala macam penyakit hati. Cinta yang bukan hanya dalam skup kecil, namun menyeluruh.
Nuri kecil terus bersiul mendendangkan irama kehidupan tentang hidup yang nyaman meliputi setiap aspek, si kura mendengar dan mengeluarkan kepalanya dari tempurungnya, menyambut suasana aman. Namun, ia hanya melirik sekilas lalu kembali merangkak mencari makanan.
Nuri kecil melompat mendekati kura, menyapa dengan kicauan lembutnya, mengajak bermain, bernyanyi, dan berbahagia bersama. Namun, si kura tetap berlalu dengan jumawa, membelakangi dan meninggalkannya.
Nuri tak peduli. Ia tetap bersiul riang, meski kura menjauh ke arah karang bergabung dengan kawanannya.
Melihat sikap kura demikian, Nuri kecil berpindah kembali ke ranting tembakau sambil bersiul. Siulannya kali itu lebih panjang, tetap menyatakan kebahagiaan, rasa syukur, dan doa untuk kembali berjumpa dengan sahabat-sahabatnya.
Tak jauh dari barisan pohon tembakau pinggir pantai, di ladang rumput tinggu, terdengar suara bass tinggi :
“Mooooooo…”
"Hei ada si kerbau!", katanya setelah mendengar seraya melihat kerbau keluar di antara rerumputan tinggi. Nuri kecil bahagia, karena nyanyiannya didengar dan disambut mesra. Ia pun terbang mendekati kerbau, hinggap di atas punggung kerbau, mematuk kutu-kutu kerbau, lalu bernyanyi bersama., tentang syukur dan bahagia.
Senja dan Misteri
Hari beranjak senja. Terang kian berkurang, agak redup dan berubah jadi agak merah. Angin semakin kencang, Nuri kecil bersiul mengingatkan teman2nya semua kawanan binatang bahwa hari menjelang malam, agar untuk segera pulang. Nuri kecil melompat-lompat berpindah dari ranting ke ranting, hingga akhirnya terbang pulang.
Sementara itu, si kura masih bersama kawanannya, berpesta memakan rumput laut, tertawa terkekeh dan terbahak-bahak, tanpa sadar sedang diawasi oleh sepasang mata tajam nan kejam.
Dalam keadaan berpesta, salah satu kura-kura tiba-tiba lenyap disambar sekelebat bayangan hitam tak dapat di ikuti dengan mata memandang. Kawanan kura-kura gemetar ketakutan melihat horornya kejadian salah satu temannya terbang dan menghilang. Mereka hanya melihat sekilas sosok hitam besar menyambar kawannya, mengibaskan angin di tubuh mereka, lalu menghilang, hingga kawanan kura-kura itu memutuskan untuk membubarkan pesta dan segera pulang.
Di tempat lain, ternyata kura-kura yang di sambar sosok bayangan hitam itu adalah kura-kura yang di sapa oleh si Nuri kecil. Kura-kura malang itu dibawa ke tebing bukit bebatuan curam. Kura-kura menyembunyikan kaki dan kepalanya di dalam tempurungnya, namun tempurungnya terus di cengkram dan di lempar berkali-kali ke dinding batu cadas dan keras, di hantam dan di adu tempurungnya dengan batu tanpa ampun, hingga tempurung yang ia banggakan akhirnya retak kemudian pecah terbelah.
Tempurungnya adalah mahkotanya yang juga perisai atau pelindungnya seketika sirna. Tubuhnya terkuak tanpa perlindungan.
Akhir Sang Kura Jumawa
Sosok hitam besar bertengger di sampingnya. Kuku panjang dan tajam menghujam kepala kura malang itu. Tubuhnya dicabik, di tikam dan di saat kuku-kuku tajam, tubuh kura-kura rusak berantakan hingga hilang rasa, akal, dan pikiran.
Pandangan mata kura-kura itu menjadi gelap dengan tubuh penuh dengan luka. Dirinya terjerumus ke tempat asing—panas, gelap, sepi, penuh penderitaan abadi.
Semua hanya karena satu hal:
“JUMAWA.”
Catatan Penulis
Karya asli/original: ATH
Referensi : Jum’at, 15 Juli 2016 di blog CAMP TRO dandi revisi serta di publish kembali di website : www.meta-indonesia.my.id Rabu, 24 September 2025
Terinspirasi dari lagu “Clown to the Ground” karya ATH. " Puncak Gunung Ciremai.
We are on the round Will back and down to the ground before only find a clown leave a crown.
META-Indonesia
(Mirror Enterprise Tangguh Abadi)
Emphaty-Harmony-Integrity
"Transforming Character Into Competence"
Workshop:
Jl. Kelapa Tiga No.43 Blok H. Salam, 001/03, Kelurahan dan Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia. 12620
Kontak:
Website: www.meta-indonesia.my.id
Email: ath@meta-indonesia.my.id
YouTube: META-Indonesia
Chat WhatsApp: +62 838-3272-0798
Komentar
Posting Komentar