Positive Thinking Dalam Perspektif Islam | META-Indonesia

🌌 Iri dan Dengki: Akar Kejelekan Hati 🌌

Dalam masa penciptaan manusia, yaitu Nabiyulloh Adam Alaihissalam, Allah memerintahkan setan untuk sujud kepadanya. Namun karena ada iri, maka lahirlah dengki. Setan membangkang kepada Allah karena merasa dirinya lebih baik, lebih mulia daripada Adam Alaihissalam yang hanya seorang manusia, diciptakan dari tanah.

Dari sinilah muncul sifat iri, dengki, dan sombong (`ujub). Dari kesombongan lahirlah sifat hasad dan hasut. Inilah penyakit hati yang berbahaya, yang dapat menguasai jiwa manusia bila tidak dijaga.

Allah telah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Iri sebagai Dasar Kejelekan

Maka jauhilah iri, karena iri adalah dasar mula manusia berbuat kejelekan. Orang yang beribadah namun masih melakukan kejelekan berarti belum sungguh-sungguh menjalankan perintah Allah. Sebagaimana firman-Nya:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an), dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)

Dalam perspektif psikologi, iri seringkali menjadi pemicu stres, kecemasan, bahkan agresi. Perasaan tidak puas dengan nikmat yang dimiliki orang lain dapat menggerogoti hati, melemahkan fokus, serta membuat ibadah kehilangan ruhnya. Maka Allah perintahkan kita untuk shalat, sebab shalat yang benar dapat menjadi terapi jiwa—mencegah dari kejelekan, menenangkan hati, serta menguatkan kontrol diri.

Kembali pada Al-Qur’an

Subhanallah, bila shalat kita belum mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar, maka berarti Allah sedang menyuruh kita memperbaiki diri:

• memperdalam bacaan,
• memahami makna,
• meningkatkan kekhusyu’an,
• serta mengamalkan isi Kitabullah Al-Qur’anul Karim.

Di dalam Al-Qur’an terkandung lautan ilmu. Dari huruf, makhraj, tajwid, hingga ilmu nahwu-sharaf. Dengan itu kita dapat memahami asbabul nuzul, hukum, hingga nilai tasawuf dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Itulah muqaddimah, yang kelak menumbuhkan kecerdasan manusia: linguistik, interpersonal, musikal, hingga eksistensial (ma’rifah)—semuanya bermuara pada tujuan utama, yaitu ibadah.

Ilmu Sebagai Benteng dari Godaan

Karena itulah Baginda Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Menuntut ilmu adalah benteng agar kita tidak kalah dengan bisikan setan. Orang yang masih dipenuhi iri, dengki, hasad, bahkan hasut, pada hakikatnya masih mewarisi sifat setan ketika ia menggoda Nabi Adam `Alaihissalam hingga beliau diturunkan ke dunia.

Tulisan ini adalah pengembangan dari postingan Al-Faqir sebelumnya tentang rukun menuntut ilmu dan tahapan orang berilmu.

Menjaga Hati

Maka dari sini, mari kita sama-sama menjaga hati, mencegah perbuatan buruk yang dibenci Allah. Jangan sampai kita tergolong bersama setan yang kelak dilemparkan ke dalam neraka.

Na’udzubillahi min dzalik.

Mohon maaf bila ada kekeliruan. Al-Faqir masih terus belajar sesuai perintah Allah untuk menuntut ilmu hingga maut menjemput, dengan niat meluruskan ibadah kepada-Nya.

Silakan tinggalkan komentar dengan tujuan saling menguatkan aqidah, agar kita sama-sama dikumpulkan dalam barisan Baginda Nabi Muhammad ﷺ hingga yaumil qiyamah.

Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin.

META-Indonesia

META-Indonesia
(Mirror Enterprise Tangguh Abadi)

Emphaty-Harmony-Integrity
"Transforming Character Into Competence"

Workshop:
Jl. Kelapa Tiga No.43 Blok H. Salam, 001/03, Kelurahan dan Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia. 12620

Kontak:
Website: www.meta-indonesia.my.id
Email: ath@meta-indonesia.my.id
YouTube: META-Indonesia
Chat WhatsApp: +62 838-3272-0798